Lawang Salapan

Lawang Salapan


Lawang Salapan merupakan simbol filosofi Pakuan Pajajaran yakni silih asih, silih asah, silih asuh. Tiga sikap ini menurunkan sembilan acuan kesejahteraan, di antaranya kedamaian, keramahan, kesantunan. Pada bagian puncak Tepas Salapan Lawang Dasakreta (TSLD) tertera semboyan Sunda yang bertuliskan Di Nu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seja Ayeuna Sampeureun Jaga, yang artinya segala hal di masa kini adalah pusaka di masa silam, dan ikhtiar hari ini adalah untuk masa depan, atau apa yang kita nikmati hari ini adalah warisan pendahulu, dan apa yang kita nikmati sekarang akan diwarisi untuk generasi berkutnya. Landmark yang diresmikan pada akhir tahun 2016 lalu, terinspirasi dari salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kebun Raya Bogor, yaitu Monumen Lady Raffles yang dibangun oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1811-1816. TSLD sendiri merupakan bangunan yang syarat ak
an makna, sehingga diharapkan bisa menopang Kota Bogor sebagai Kota Pusaka. TSLD dibangun dengan desain sepuluh tiang penopang yang melambangkan Dasakreta, sebuah konsep yang diabadikan dalam naskah kuno Pakuan Pajajaran (Dasa: sepuluh). Dasakreta mengingatkan setiap manusia akan sepuluh hal yang harus dijaga kebersihannya secara jasmaniah dan rohaniah, yaitu telinga, mata, kulit, lidah, hidung, mulut, tangan, kaki, dubur, dan kelamin. Adanya sepuluh tiang tersebut, maka menghasilkan sembilan pintu (salapan lawang). Hal ini juga melambangkan sembilan titik yang terdapat pada raga manusia, sekaligus menjadi penghubung bagian tubuh manusia dengan alam semesta.

 



Hotel terdekat Lawang Salapan

Hallo!

Silahkan hubungi kami untuk bantuan melalui Online chat

x
 
Kami memerlukan informasi anda untuk memudahkan kami menghubungi anda.
Nama Lengkap
Phone Number

Hallo, ada yang bisa saya bantu?